Jumat, 26 Juni 2009 jam Jumat, Juni 26, 2009 |  

Debat Cawapres 23 Juni 2008: Lebih baik dari Debat Capres sebelumnya.

Debat Cawapres 23 Juni 2009

Debat Cawapres 23 Juni 2009

Debat Cawapares 2009-2014 diselenggarakan pada hari Selasa malam tanggal 23 Juni 2009 dengan moderator Komarudin Hidayat. Sepintas debat kali ini sudah lebih baik dan tidak monoton dibandingkan dengan Debat Capres pada minggu lalu. Kritik untuk Debat kali ini adalah lebih banyak pertanyaan dari Moderator dari pada follow-up jawaban para Capres untuk mengejar penjelasan atas jawaban-jawaban mereka. Bisa dicontoh cara mencecar jawaban para Capres dari Moderator acara Metro TV sdri. Najwa Shihab yang cepat, cerdas dan kritis. Kritik lainnya, terlalu panjangnya acara selingan iklan-iklan TV yang ditampilkan, sehingga mengurangi konsentrasi pemirsa.

Berikut ini adalah jawaban para Capres atas pertanyaan dari Moderator:

  • Pembangunan Jati Diri Bangsa/Pengikat Rasa Kebangsaan.

Prabowo: Betitik-tolak dari sejarah pembentukan bangsa melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu bahasa Indonesia. Namun beliau mengingatkan bahwa jati diri bangsa ini hanya akan terlihat besar bila rakyat bangsa ini hidup dalam kesejahteraan, bukan dalam kondisi 50%-nya dalam keadaan miskin dengan penghasilan kurang dari Rp 20.000,- per hari setelah 64-tahun mengenyam kemerdekaan dari para penjajah. Esensinya, kebijakan ekonomi yang keliru selama ini harus dirombak dengan kebijakan ekonomi yang berbasis kerakyatan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia, bukan membiarkan terkurasnya kekayaan Indonesia ke luar negeri. Dengan demikian Jati Diri Bangsa di kancah Internasional akan dapat ditegakkan, dan bukan hanya dengan cara indoktrinasi politik dan retorika pidato-pidato para pemimpin yang tidak memberikan kesejahteraan kepada rakyat Indonesia.

Boediono: Jati Diri Bangsa dapat ditingkatkan melalui 4 Pilar, yaitu membangun Pemerintahan yang bersih dan Anti Korupsi, meng-aktualisasikan kembali ideologi Pancasila, melanjutkan pembangunan Ekonomi bangsa, dan memberikan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat Indonesia. Melalui pemerintahan yang bersih, maka perekonomian Indonesia bisa dipebaiki, kesejahteraan dan rasa keadilan dapat diperoleh rakyat Indonesia.

Wiranto: Jati Diri Bangsa diturunkan dari UU Dasar 1945: “Bangunlah Jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya..” (sambil dinyanyikan oleh pak Wiranto). Beliau sependapat dengan pak Prabowo, bahwa kebutuhan dasar Rakyat Indonesia harus terlebih dahulu dipenuhi untuk bisa menampilkan Jati Diri Bangsa Indonesia. Kondisi kemiskinan mayoritas Rakyat Indonesia setelah 64-tahun merdeka membuat Ibu Pertiwi menangis (lagunya dilantunkan oleh pak Wiranto). Jadi tugas Wapres 2009-2014 adalah membuat kondisi Rakyat Indonesia menjadi sejahtera agar Ibu Pertiwi tidak menangis lagi!

  • Mengatasi Kesenjangan Sosial

Boediono: Melanjutkan peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi bangsa, sehingga masyarakat dan Rakyat Indonesia bisa menikmati kemajuan Perekonomian Indonesia dan mengatasi kesenjangan sosial.

Wiranto: Memperbaiki kebijakan pada tiap Departemen Pemeritahan, memberikan contoh keteladanan Pimpinan dan meningkatkan pendidikan budi pekerti bangsa untuk memperbaiki perekonomian Bangsa dan mengatasi kesenjangan sosial.

Prabowo: Kebijakan Ekonomi Nasional yang telah diterapkan berpuluh tahun sampai dengan saat ini masih belum juga memberikan kesejahteraan bagi mayoritas Rakyat Indonesia golongan menengah kebawah, oleh karena itu perlu ada perubahan Kebijakan Ekonomi dan Strategi Jangka Panjang Indonesia agar kondisi ini dapat diperbaiki menuju kepada percepatan terjapainya Masyarakat Indonesia yang adil makmur dan sejahtera.

  • Menanggapi kasus-kasus kecelakaan didarat, laut dan udara:

Prabowo: Akar masalahnya adalah kesalahan sistemik yang harus segera diperbaiki, yaitu bocornya kekayaan negara ke luar negeri serta menurunnya kapasitas nasional karena kondisi keuangan negara yang sangat terbatas. Akibatnya masih banyak dipakai peralatan yang kuno, kurangnya suku cadang, dsb, sehingga menimbulkan kecelakaan pada angkutan umum dan militer di darat, laut dan udara.

Boediono: Masalahnya sangat kompleks. Kecelakaan adalah musibah dan penyebabnya banyak sekali. Diperlukan perbaikan infrastruktur, sistem pengawasan, dan pendidikan kepada masyarakat.

Wiranto: Kalau kecelakaan itu terjadi hanya sekali saja, maka itu namanya musibah. Kalau terjadi kedua kalinya, maka ini adalah kelalaian. Sedang kalau terjadi kecelakaan tiga kali atau lebih, maka ini adalah akibat mengabaikan kondisi alat angkut dan manajemenya. Perlu dilaksanakan mekanisme “reward and punishment” dan menghidupkan gerakan Disiplin Nasional.

  • Hubungan Agama dan Negara:

Boediono: Agama itu sesuatu yang sakral dan diletakkan diatas negara. Negara memberikan ruang kebebasab beragama bagi warganya, melindungi pemeluk agama dan menjaga keharmonisan beragama.

Wiranto: Sepakat bahwa agama adalah sesuatu yang sakral. Oleh karena itu pakailah nilai-nilai agama untuk membangun etika hubungan antar manusia dan dalam berpolitik.

Prabowo: Sependapat bahwa agama adalah sesuatu yang sakral. Negara menjamin keamanan para pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka.

  • Mengatasi dampak Desentralisasi

Wiranto: Lakukanlah pendidikan jabatan melalui “tour of duty” dan rotasi lokasi tugas “tour of area” agar mereka berpola pikir nasional dan bukan regional atau lokal-sentris.

Prabowo: Kebutuhan dasar masyarakat hendaknya dicukupkan terlebih dahulu agar tidak terjadi upaya-upaya daerah untuk menggali Pendapatan Asli Daerah yang merugikan masyarakat dan bisnis nasional Indonesia.

Boediono: Pemerintah Pusat, daerah, dunia usaha dan masyarakat agar berkomunikasi dengan baik dan lancar. Hilangkan aturan-aturan daerah yang menhambat kelacaran bisnis.

  • Pendidikan Nasional

Prabowo: Tingkatkan investasi pendidikan secara besar-besaran, perbaiki kurikulum, tingkatkan gaji guru, dan ubah Strategi Pendidikan. Satukan Departeme Pendidikan dan Kebudayaan sepereti masa lalu, karena erat kaitannya antara pendidikan bangsa dan budaya bangsa.

Boediono: Benahi strategi, substansi pendidikan, sistem pelaksanaannya, dan kebijakan Pemerintah. Buat keseimbangan antara akses pendidikan dan kualitasnya.

Wiranto: Berikan peluang yang sama dan adil bagi semua anak didik untuk mengenyam pendidikan. Pastikan adanya kesinambungan kebijakan Pemerintah, agar tidak terjadi ganti Menteri, maka ganti kebijakan.




karya : noe abdee Labels:

0 kritik dan saran:

Posting Komentar

jam